Recycle Product collect :

Discount 20% For All Product → Recycle Product

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

PEREMPUAN RENTAN AIDS SEBAIKNYA IBU RUMAH TANGGA WASPADA


share this post


Peringatan, waspada dan hati - hati mungkin sudah akrab di telinga kita atau mata kita. Bahkan mungkin juga, saking tebal dan besarnya cetakan tulisan itu membuat kita tidak lupa. Tapi ingatkah kita dengan permasalahan HIV/AIDS, yang mengintai dan setiap saat menerobos masuk ke tubuh kita? Mungkin ingat tapi juga tidak, karena budaya masuk kuping kanan keluar kuping kiri, menjadi bagian hidup kita sejak duduk di bangku sekolah, saat guru menerangkan pelajaran. Bahkan untuk melihat hanyalah sekilas mata memandang. Apalagi membaca informasi tentang HIV/AIDS? Dan perempuan? Akan lebih memilih nonton sinetron ketimbang membaca! Ini permasalahan semua orang!

HIV/AIDS, Bukan Tamu Undangan

Penyakit yang tidak kenal siapapun itu adalah AIDS. Baik kaya atau miskin, tua atau muda, pejabat atau rakyat jelata, terpelajar maupun tidak pelajar. Semua ada kemungkinan terinfeksi, setiap saat. “Bahkan bayi mungil tanpa dosa pun bisa tertular”, jelas Dra. Budi Wahyuni, MM.MA mewakili PKBI saat di wawancara Mensana beberapa waktu lalu di ruang kerjanya. Menurutnya, virus yang satu ini, juga tidak mengenal apakah perilaku seksmu itu sehat, dalam ikatan pernikahan atau tidak, atau homo, lesbi, ganti - ganti pasangan, seks bebas. Penyakit mematikan ini datang tanpa diundang, jangankan diundang, menular pun tanpa kulonuwun.

Jika ada tuduhan - tuduhan bahwa mereka yang menikah dengan orang asing, pekerja seks komersil, mereka yang orientasinya homo, lesbi atau para suami yang gemar “jajan” dianggap sebagai pembawa, lalu mendiskriminasikan mereka itu adalah kesalahan fatal.

Kondisi ini akibat dari kurangnya pengetahuan tentang AIDS dan kurangnya peredaran informasi yang lengkap dan menyeluruh tentang HIV/AIDS. “Orang cenderung safe, padahal sebenarnya sangat terselubung, atau semu”. Jelasnya, amannya diri kita itu sebenarnya hanya semu belaka. “wong saya sendiri juga tidak tahu, seberapa amannya perilaku seksual suami saya itu? Layak atau etis tidak, kalau tiba-tiba saya mendiskusikan?” Budi menjawab tidak, karena secara etika sangat tidak sopan, padahal bisa jadi mungkin terinfeksi.



Penularannya Merupakan Kekerasan Perempuan Dan Bukan Hanya Masalah Medis

Menurut Budi, penularan AIDS terhadap perempuan merupakan kekerasan pada perempuan, karena itu bagian yang membuat perempuan menderita. Dan sayangnya, kata dia hal ini tidak pernah terinformasikan secara terbuka. “Kalau misalkan saja perilaku seksualnya dia didiskusikan, (misal dia selingkuh), pasti perempuan juga akan proteksi, tetapi perbuatan itu di dapat secara sembunyi - sembunyi”, tambahnya.

Perselingkuhan itu sudah merupakan bagian dari tindakan kekerasan pada perempuan, terlebih terkenanya sampai membuat organ reproduksi atau nyawa terancam. Ini sangat kejam dan kekerasan. Perempuan menjadi pelaku kekerasan terhadap bayinya, karena bayi yang tidak tahu apa-apa menjadi menderita.

“Saya katakan, perempuan itu menjadi korban, dan akhirnya menjadi pelaku, dia korban dari suaminya dan pelaku terhadap anaknya karena ia menularkan HIV”, jelasnya. Definisi kekerasan sendiri menyebutkan, segala sesuatu yang membuat perempuan tidak nyaman, tertekan, atau terbelenggu, tersiksa. Dan penularan AIDS amat sangat membuat tersiksa, karena menahan penderitaan yang panjang. Belum lagi ia terhina, psikologisnya dan segala penyakit yang menyerangnya. Ditambah lagi masalah ekonomi, dan interaksi sosialnya.

Karenanya, Budi Wahyuni menegaskan, bahwa persoalan HIV/AIDS bukan hanya masalah tekhnis medis, tapi juga sosial, sebab sehat itu menyangkut fisik, spikis dan sosial. “Fisik, spikis, dan sosial ini satu rangakaian orang dibilang sehat kalau secara optimal fungsinya ini bisa produktif,” ungkapnya.

Dan fungsinya tidak sekedar berfungsi tapi fungsinya produktif bila dinilai secara ekonomi. Ditanya keterkaitan perempuan dengan ketidaksetaraan gender, Budi mengatakan kekerasan muncul akibat ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender menimbulkan point yang membuat wanita menderita diantaranya subordinasi perempuan terhadap laki-laki, beban ganda, kekerasan terhadap perempuan, marginalisasi. Sehingga ketidaksetaraan gender melahirkan berbagai beban terhadap perempuan dalam hal ini adalah kekerasan terhadap perempuan. “Berarti jelas, dua fungsi sosial yang tidak imbang”. Sehingga tak heran bila perempuan lebih disoroti karena selain posisi dan ketidakberdayaannya selalu dimanfaatkan. Kerentannyanya terhadap HIV/AIDS juga sangat besar. (Fora)

Comments :

0 comments to “ PEREMPUAN RENTAN AIDS SEBAIKNYA IBU RUMAH TANGGA WASPADA ”

Post a Comment

 
Design by Piet Puu and Special Thanks for emailmeform